Dont think to be the best... ButThink to do the best... whenever and wherever you are... do the best for a lot of people among you
"Man Arofa Nafsah Faqod Arofa Robbah" "Siapa yang kenal dirinya sendiri, dia udah kenal Tuhan-Nya"

Mengenal Allah Dengan Memperhatikan Alam

Posted on Minggu, Februari 16, 2014 by Akhmad Firdaus

Sesudah Tuhan Allah memberikan peringatan yang demikian keras, bahwa kutuk laknat Allah dan Malaikat serta manusia akan datang timpa bertimpa ke atas diri orang yang tidak mau percaya, yang sampai matinya tetap dalam kufur. Tuhan pada ayat ini mengemukakan pokok ajaran agama tentang Tuhan. Dengan demikian orang diperingatkan lagi; janganlah hendaknya mereka sam­pai bertahan dalam kekafiran dan mati dalam kufur.



dalam ajaran Islam ialah dengan memperdalam penyelidikan tentang alam. Maka Tuhan Allah yang didapat dari sebab ilmu itu, jauh lebih mendalam pengaruhnya atas jiwa dan budi daripada apa yang ditentukan ilmu sifat 20 , atau susunan manusia atau ilmu theologi orang Kristen yang memberi bentuk Tuhan itu sebagai manusia , atau Tuhan menjelmakan diri sebagai manusia.

Penyelidikan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah demikian tinggi pada abad kita ini rupanya telah membawa para sarjana kepada keimanan akan adanya Tuhan menurut , sistem yang diajarkan oleh al-Quran ini. Beberapa buku tentang kepercayaan kepada adanya Allah Yang Maha Kuasa, ditinjau dari segi ilmu telah banyak dikeluarkan orang. Satu di antaranya karancan Prof. Cresson telah disalin ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Manusia Tidak Hidup Sendirian. Satu buku yang lain yang berjudui Telah Jelas Allah Di Zaman Ilmu Pengetahuan. Beberapa orang ahli telah menulis dalam buku itu dan dari bidangnya masing-masing tentang hal ini.*/Buku ini telah disain oleh Dr. Damardasy Abdulmajid Sarhan ke bahasa Arab.

Dari tulisan Dr. Frank Allan yang dimu!ai di halaman 7 dapat dikutip di antaranya begini: "..... pastilah asal-usul alam ini ada penciptanya, yaitu yang dahulu tidak ada permulaan Yang Maha Tahu dan Maha Meliputi PengetahuanNya itu atas segala-galanya. Maha Kuat, yang kekuasaanNya tidak terbatas. Pastilah seluruh yang ada ini Dia yang menciptakan .....
"Dan Dia adalah akal yang tidak berkesudahan, Dia Allah dengan sendiri­nya, dengan hikmat Yang Maha Sempurna mencipta bahagian bahagian dari proton itu, sehingga bisa menjadi penetapan dari hidup. Maka Dia bangunkan dan Dia beri bentuk dan diberiNya anugerah rahasia hidup."

Di halaman 41 didapat pula tuiisan Dr. George Earl David: "Bertambah maju kendaraan ilrnu pengetahuan dan bertambah jauh terbelakang segala dongeng khurafat kuno, bertambahlah pula penilaian manusia terhadap agama dan penyelidikan keagamaan.

"Mungkin banyak sebabnya yang mendorong; manusia supaya meninjau kembali soal-soal agama, tetapi kita percaya bahwa semuanya itu pulangnya kepada satu sebab jua, yaitu keinginan manusia yang sangat jujur hendak sampai kepada kebenaran.

"Maka hendaklah kita pisahkan dalam hal ini di antara melawan agama atau keluar dari agama dengan atheist ( tidak bertuhan). Dan kita akui bahwa orang yang keluar dari sebagian fikiran-fikiran kuno beragama yang diterima dari ajaran setengah agama, karena hendak percaya kepada satu ujud Yang Maha Kuasa dan Maha Agung belumlah dituduh bahwa orang itu telah atheist , tidak mempercayai Tuhan . Orang semacam ini mungkin tidak memeluk suatu agama, tetapi dia percaya bahwa Tuhan Allah ada. Bahkan boleh jadi imannya kepada adanya Tuhan Allah berdiri atas sendi sendi yang amat kokoh."

Maka kalau kita turutkan pelajaran mencari Tuhan yang ada dalarn al­Quran dengan seksama, akan bertemulah kita dengan kenyataan bahwa mencari Tuhan secara ilmiah moden ini telah mendekati kepada yang di­kehendaki al-Quran.
Amat menarik lagi apa yang telah ditufis oleh Dr. Wolter Oscar Lindberg, yang dimulai di halaman 33 di antaranya demikian:
"Kegagalan beberapa sarjana di dalam memahami dan menerima pokok-pokok dasar pendirian tentang pengakuan adanya Tuhan dari segi ilmu pengetahuan adalah dari beberapa sebab. Dua di antaranya hendak kita sebutkan:

Pertama: Maka orang sampai tidak percaya kepada adanya Allah, ialah karena langkah yang ditempuh oleh setengah organisasi atau gerakan inter­nasionai yang berdasarkan atheist, menurut program politik tertentu, yang bertujuan menyebarkan faham tidak bertuhan dan memerangi kepercayaan kepada Allah. Sebab mereka pandang bahwa kalau kepercayaan kepada Tuhan masih ada, -sangatlah bertentangan dengan dasar gerakan itu.

Kedua: Walaupun telah bebas akal manusia dari ketakutan , tidak juga mudah membebaskannya dari fanatik dan sentimen. Di dalam sekalian gerakan agama Kristen selalu ditanamkan kepercayaan, sejak dari masa kanak-kanak bahwa Tuhan itu ialah berupa manusia, sebagai pengganti dari kepercayaan bahwa manusia itu adalah Khalifah Allah di bumi ini. Dan setelah akal ber­tumbuh selanjutnya dan dilatih mempergunakannya dalam metode-metode ilmu pengetahuan, maka rupa yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak itu tidak jugalah dapat mereka sesuaikan dengan jalan berfikir teratur atau logika yang dapat diterima. Akhirnya setelah gagal segala usaha menyesuaikan fikiran keagamaan yang kuno itu dengan metode berfikir ilmiah dan logika , kita dapati ahli-ahli fikir yang demikian mencoba melepaskan dirinya dari kesulitan itu dengan membuang habis fikiran tentang Allah.

Setelah mereka sampai ke dalam keadaan yang begini di dalam persangkaan bahwa mereka telah me­lepaskan diri dari pada kekacauan fikiran agama bersamaan dengan hasil-hasil yang menyebabkan kekacauan dalam jiwa, maka tidaklah mereka mau lagi kembali memikir-mikirkan soal ini, bahkan mereka tantang setiap fikiran baru yang ada hubungannya dengan memperkatakan tentang Tuhan."

Menarik pula tulisan Dr. George Herbert Blunt, di antaranya di halaman 84:

"Semata-mata telah percaya tentang adanya Tuhan, belumlah menyebab­kan seorang telah dapat disebut beriman. Karena setengah manusia takut akan ikatan-ikatan yang dibelenggukan kepada kemerdekaan fikirannya karena mengakui bahwa Allah itu ada. Ketakutan itu bukan tidak berdasar. Karena kita saksikan kebanyakan sekte-sekte Kristen, sampaipun kepada sekte yang boleh disebut besar, kerap memaksakan suatu macam fikiran kepadanya secara diktator. Tidak syak lagi bahwa kediktatoran fikiran ini lain tidak hanyalah bikinan manusia saja, bukan suatu keharusan dari agama. Misalnya Kitab injil sendiri; Dia memberi orang kebebasan berfikir seketika dia berfikir bersama-­sama."

Dan.sebagai kuncinya kita salinkan perkataan Dr. John Adolf Bohler dari halaman 104 dan 105:

"Dan pastilah kita dapat merasakan kodrat Allah pada sekalian peraturan yang Dia jadikan dan undang-undang yang tunduk kepada sekalian yang ada. Mungkin manusia ini sanggup menafsirkan segala yang sulit karena telah mendapat rahasia dari peraturan-peraturan yang mengaturnya itu. Tetapi manusia lemah tak sanggup untuk membuat sendiri undang-undang itu, sebab undang-undang itu adalah ciptaan Allah semata-mata. Kepandaian manusia hanyalah membongkar-bongkar rahasia itu untuk dipakainya mencapai rahasia alam yang belum dia ketahui. Setiap undang-undang dan peraturan yang didapat oleh manusia sebenarnyalah akan memperdekatkannya kepada Allah, dan kemampuan untuk mencapaiNya. Itulah dia tanda-tanda yang dengan dia Allah itu bertambah nyata. Mungkin buat mengenal Allah bukan ini saja jalan satu-satunya. Mungkin juga Allah dapat kita kenal dari Kitab-kitab Suci misal­nya. Tetapi kejelasan ada Allah yang disaksikan pada penciptaanNya atas alam yang kita saksikan ini bolehlah dikatakan yang sepenting-pentingnya dipandang dari segi kita."

Banyak lagi kata-kata lain dalam buku itu yang tidak dapat lengkap kalau hanya kita salin saja. Yang lebih baik ialah bila ditelaah seluruh isi buku itu, akan mernberikan kesan pada kita, bahwa dalam kalangan sarjana-sarjana alam yang besar di zaman moden ini telah timbul suatu kepercayaan Yang murni terhadap adanya Allah, ialah sebagai akibat daripada mendalamnya, ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan tehnik dan fisika atau apa yang disebut ilmu pengetahuan eksakta.

Renungkan kembali ayat yang kita tafsirkan ini dan baca kesan dari ahli-ahli dan sarjana itu, sampai kita kepada kesimpulan: "Dengan mempelajari keadaan alam, kita akan sampai kepada kepercayaan akan adanya Allah."

Sistem yang dianggap moden ini telah dimulai oleh al-Quran sejak 14 abad Yang lalu.
Dan dengan ini kita mendapat kesan pula bahwasanya suatu ilmu pengeta­huan moden yang menjauhkan diri daripada kepercayaan akan adanya Allah, sudah terhitung kolot, atau dikacaukan oleh ambisi-ambisi politik golongan tertentu.


sumber : http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_163_164.htm 

No Response to "Mengenal Allah Dengan Memperhatikan Alam"