Dalam kehidupan bersosial kita pastinya seringkali mendengar atau
bahkan pernah menerima ajakan untuk bersilaturahmi, kita sendiripun
seringkali menyebut kata “silaturahim” dengan menyebutnya “silaturahmi”.
Namun mungkin sudah lidah orang Indonesia ketika kita ingin
meningkatkan satu hubungan, satu persaudaraan, kita menyebutnya dengan
“mari kita bersilaturahmi”. Namun sesungguhnya secara gramatikal bahasa
Arab yang benar adalah silaturahim. Tapi jangan salah sangka dahulu,
karena bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa kata silaturahmi yang
sudah populer di Indonesia ini adalah salah, namun lebih untuk mengajak
melihat arti dari kata silaturahim itu sendiri.
Kembali ke awal, mengapa harus silaturahim ? Karena sebenarnya jika
kita melihat secara gramatikal bahasa Arab, silaturahim itu ternyata
terdiri dari dua kata:
Yang pertama adalah “Silah”.
Silah itu artinya “awsholah yushilu shilatan sholatan”, menyambungkan
dua hal yang berbeda dan tergabung menjadi satu. Maka dari itu kita
disuruh untuk sholat. Sholat disamping bermakna doa juga menyambungkan
spiritualitas kita dengan Allah SWT. Kita pagi-pagi disambungkan, siang
disambungkan, sore disambungkan, dan bahkan malam pun disambungkan.
Sehingga insya Allah, jika kita hatinya, pikirannya terus tersambung
dengan Allah SWT maka insya Allah akan terjaga hidup kita. Amin.
Yang kedua adalah Rahim. Apa maksudnya rahim ?
selain dia benar-benar rahim seorang ibu ? Kenapa Allah SWT sengaja
menggabungkan tingkat hati, hubungan, dan kasih sayang seperti halnya
hubungan rahim ? Nah ternyata, Allah SWT menginginkan tingkat kasih ini
tak ubahnya seperti proses penggabungan dua rahim atau seperti dua anak
yang berada dalam satu rahim.
Dalam salah satu hadist Qudsi Allah SWT mengatakan, “Aku adalah Allah
dan Aku adalah Ar-rohman dan Aku telah menciptakan rohim, dan Aku
sengaja telah memberinya nama dengan salah satu dari asma Al-Husna.
Barang siapa menyambungnya akan Kusambungkan, dan barang siapa yang
memutuskannya Aku akan putuskan juga”.
Jadi dari sini kita bisa melihat bahwa ternyata Allah SWT sengaja
memberikan kekuatan cinta dalam silaturahim ini karena kasih sayangnya
itu langsung diberikan oleh Allah, sengaja Allah memberi nama dengan
Ar-Rohim. Kalau kita melihat rahim, itu ternyata sangat luar biasa,
siapapun anak itu pasti seorang ibu sudah cinta kepadanya, siapapun anak
itu bagaimanapun keadaannya pasti sang ibu sangat sayang kepada anak
tersebut.
Nah yang diharapkan adalah, adanya satu hubungan di masyarakat,
adanya satu cinta kasih sesama anggota sosial yang seolah-olah kita itu
hidup dalam satu rahim atau kita disuruh untuk menyambung antara rahim
dengan rahim sehingga muncul rasa kasih sayang dan muncul rasa empati.
Tingkatan Silaturahim
Lantas bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan ? Ada yang
menarik yang disampaikan oleh Imam Qordova atau Imam Qurtubi, beliau
adalah cendekiawan muslim yang terkenal saat kejayaan Islam di
Andalusia. Beliau mengatakan bahwa silaturahim itu ada empat tingkatan :
Silaturahim yang pertama adalah silaturahim sesama
saudara hubungan darah. Antara ibu dengan ayah, dengan anak, dengan
kakak, dengan adik, dengan keponakan, itu adalah sesama hubungan darah.
Kita disuruh untuk menyambung silaturahim yang sesama darah ini, kita
disuruh mencoba untuk berbuat baik dengan saudara kita dan kita disuruh
hati-hati ketika berbagi waris, maka dari itu tidak ada aturan yang
lebih detail yang diberikan oleh Allah SWT dalam hal berbagi waris.
Artinya, jangan sampai hubungan darah ini menjadi pecah dan menjadi
bermusuhan hanya karena masalah harta.
Silaturahim yang kedua adalah silaturahim atau
hubungan sesama kaum muslimin seiman, silaturahim sesama saudara kita
seiman. Allah SWT dalam firman-Nya mengatakan, “inna hadzihi ummatukum
ummatan waahidah ; katakanlah wahai Muhammad sesungguhnya umatmu itu
adalah umat yang satu”. Jadi, sangat disayangkan diantara beberapa
partai islam, antara beberapa golongan muslim itu sekarang agak sulit
untuk bertemu. Sebenarnya ternyata rumusnya gampang, seperti yang
dikatakan oleh salah seorang ulama dari Mesir, jikalau kita berbeda
pendapat antara yayasan, antara pergerakan, antara organisasi, antara
partai, itu tidak usah sedih, kita mencoba untuk berusaha bertemu dalam
apa yang kita sepakat, dan kita berlapang dada dalam apa yang kita beda.
Mungkin ada 10 hal, 3 hal kita sama, 7-nya beda, tidak usah pikirkan
yang-7, cukup pikirkan yang 3 saja.
Sebagai satu contoh, kalau dalam pergerakan mahasiswa, KAMMI dan HTI
untuk berbicara masalah khilafah itu tidak mungkin bertemu, kalau
dilingkup nasional, NU dan Muhammadiyah untuk qunut bersama itu tidak
mungkin bisa, NU dan Muhammadiyah untuk talqin mayit bersama-sama itu
tidak mungkin. Tapi KAMMI – HTI – Muhammadiyah – NU bisa bersama-sama
mewujudkan lingkungan kampus yang islami, KAMMI – HTI – Muhammadiyah –
NU bisa bersama-sama memberantas pornografi, KAMMI – HTI – Muhammadiyah –
NU bisa bersama-sama memberantas majalah-majalah yang tidak senonoh,
KAMMI – HTI – Muhammadiyah – NU bisa bersama-sama mengentaskan
kemiskinan, bisa bersama-sama memberantas korupsi. Itulah yang
dibutuhkan oleh negara saat ini.
Yang ketiga adalah silaturahim sesama kemanusiaan.
Allah SWT berfirman, “Ya ayyuhannas inna kholaqnakum min dzakari wa
untsa waja‘alnakum syu’uban wa qobaila lita-‘arofu ; wahai sekalian
manusia, sesungguhnya Aku menjadikan kalian dari berbagai bangsa dan
kaum untuk saling mengenal”. Inilah hubungan yang sangat luar biasa
antara kita dengan barat dan dengan timur. Dan Islam ternyata adalah
satu alur yang global.
Dan yang keempat, yang sangat dasyhat, Allah SWT
berfirman,”………Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi ,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(QS. 28:77).
Disini artinya, kita harus peduli kepada binatang, kita harus peduli
kepada tumbuh-tumbuhan, kita harus peduli kepada lingkungan. Umat islam
yang membuang sampah sembarangan berarti tidak silaturahim dengan alam,
umat islam yang membakar hutan itu tidak silaturahim dengan alam, umat
islam yang tidak peduli dengan tanam-tanaman berarti tidak peduli
silaturahim dengan alam, umat islam yang tidak peduli dengan kebersihan
sungai kebersihan lautan berarti tidak peduli silaturahim dengan alam.
Mudah-mudahan dari sini kita bisa bersilaturahim diantara sesama hubungan darah, sesama muslim, sesama manusia, dan dengan alam.
Wallahu a’lam.